Scroll untuk baca artikel
Deskripsi Gambar Deskripsi Gambar
Berita

Pungli Berkedok Pers di Ketapang : Masyarakat Resah, Pengamat Desak Penertiban KTA dan Penegakan UU Pers

×

Pungli Berkedok Pers di Ketapang : Masyarakat Resah, Pengamat Desak Penertiban KTA dan Penegakan UU Pers

Sebarkan artikel ini

Ketapang, Kalimantan Barat – 13 Juni 2025 – Dewanusantaranews.com – Setelah publik dikejutkan oleh kasus pemukulan seorang wartawan oleh pekerja tambang emas ilegal (PETI) di Ketapang yang memicu demonstrasi di Mapolres Ketapang, kini masalah lain mencuat: dugaan maraknya praktik pungutan liar (pungli) oleh oknum-oknum yang mengaku sebagai wartawan di Kecamatan Sandai, khususnya di beberapa Desa.

Sejumlah warga menyatakan keresahan terhadap keberadaan pihak-pihak yang membawa identitas media namun justru melakukan intimidasi dan pemerasan terhadap pekerja kecil, terutama pengumpul barang bekas atau rongsokan. Mereka menuding masyarakat tidak memiliki izin pengelolaan limbah sebagai dalih untuk meminta sejumlah uang.

Setiap minggu selalu ada yang datang, ngaku wartawan. Mereka bilang saya melanggar aturan karena tidak punya izin limbah. Kalau sudah dikasih uang, baru mereka pergi. Bulan depan datang lagi,” ujar M. Salim, pengumpul barang bekas di warga Sandai , kepada wartawan, Jumat (13/6).

Baca Juga  Letkol Arm Delli Yudha Nurcahyo,SS.MM Dandim 0212/TS Yang Baru

Hal serupa dialami Sardi, warga lain yang membenarkan pola dugaan pungli tersebut menyasar hampir seluruh pekerja informal di wilayahnya. Ia mengaku masyarakat Sanadi semakin resah karena tidak tahu harus melapor kepada siapa.

Kami bingung mau lapor ke mana. Mereka bawa kartu wartawan atau LSM, tapi kerjaannya minta uang. Kalau tidak ditindak, kasihan wartawan yang betulan kerja profesional, nama mereka rusak oleh ulah oknum,” ujar Sardi.

Fenomena ini menyingkap masalah serius di lapangan: banyaknya kartu tanda anggota (KTA) pers beredar tanpa mekanisme verifikasi ketat. Oknum dapat dengan mudah mencetak KTA dari lembaga media abal-abal atau tidak terdaftar di Dewan Pers. Ini membuka ruang penyalahgunaan, termasuk pungli, pemerasan, hingga mencederai citra jurnalisme yang kredibel.

Baca Juga  Transaksi Lahan 400 Hektar di Kubu Raya Dikecam Warga: Dugaan Penyimpangan Dana dan Ancaman Hukum Mencuat

Dr. Hartono Prasetya, pakar hukum media dari Universitas Indonesia, menegaskan bahwa berdasarkan UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers, wartawan wajib tunduk pada Kode Etik Jurnalistik (KEJ) dan harus bekerja di bawah naungan perusahaan pers berbadan hukum yang terdaftar di Dewan Pers.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *